BUDIDAYA DOMBA
DISUSUN
OLEH :
Abdi Kelana Putra 06.2.4.14.513
Abim
Amrullah Dwi Saputra 06.2.4.14.514
Semester 1A
KEMENTERIAN
PERTANIAN
BADAN
PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
SEKOLAH
TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN
PENYULUHAN PETERNAKAN
2014
“BUDIDAYA DOMBA”
Lokasi :
STPP MAGELANG
Kecamatan :
TEGAL REJO
Kabupaten :
MAGELANG
Propinsi :
JAWA TENGAH
Proposal ini merupakan hasil pencarian data-data dari
berbagai tempat
Disetujui oleh :
Dosen
Pembimbing
Dra.Nurdayati,
MP
Puji
syukur penyusun panjatkan
kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan proposal budidaya domba tanpa ada
halangan suatu apapun.
Proposal
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Ilmu Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang diampu oleh Dra. Nurdayati, M.P
Atas terselesainya proposal ini
penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dra.
Nurdayati, M.P, selaku pengampu mata kuliah TIK
2. Teman
– teman Semester I A, serta
3. Semua
pihak yang telah membantu, yang dimulai dari persiapan hingga tersusunnya proposal ini, baik secara
langsung maupun tidak secara langsung.
Penyusun menyadari bahwa proposal
ini masih
jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan penyusun guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga
proposal ini berguna bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Magelang, 2 Desember 2014
Penyusun
HALAMAN JUDUL.. i
LEMBAR
PENGESAHAN.. ii
KATA
PENGANTAR.. iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL.. iv
BAB I
PENDAHULUAN.. 1
A. Latar
Belakang. 1
B. Rumusan
Masalah. 2
C. Tujuan. 2
D. Manfaat 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.. 3
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN.. 5
A. Memilih Bibit 5
B. Pakan dan Pemberiannya. 7
C. Tata Laksana. 10
D. Pasca Panen. 17
E. Analisa Usaha Ternak
Domba. 17
BAB IV
PENUTUP 19
A. Simpulan. 19
B. Saran. 19
DAFTAR
PUSTAKA.. 20
Tabel Hal
Tabel 1. Sifat-sifat yang Perlu
Dipertimbangkan sebagai Ternak Bibit pada Domba. 5
Tabel 2. Tanda-tanda UmumBentuk Luar
Calon Induk. 6
Tabel 3. Tanda-tanda Umum Bentuk Luar
Calon Pejantan. 6
Tabel 4. Contoh Campuran Hijauan Pakan
Domba untuk Kondisi Pedesaan. 8
Tabel 5. Susunan Konsentrat Ternak Domba
untuk Tujuan Komersial 9
Tabel 6. Analisa Usaha Ternak Domba. 18
PENDAHULUAN
Laju pertambahan penduduk yang
terus meningkat menuntut ketersediaan akan daging yang terus meningkat pula.
Ternak domba merupakan salah satu jenis ternak yang dapat memberikan sumbangan
yang cukup berarti bagi kepentingan masyarakat dalam hal penyediaan daging. Ada
beberapa aspek yang menarik dari usaha ternak domba antara lain dapat
berkembangbiak dengan cepat, dapat dengan mudah menyesuaikan diri pada
lingkungan, serta dagingnya relatif dapat diterima oleh berbagai lapisan
masyarakat.
Ternak domba sangat cocok
dikembangkan di Provinsi Jawa Barat. Populasi domba di Jawa Barat paling tinggi
di Indonesia yaitu sebanyak 4.221.806 ekor atau mencapai 55,9% populasi domba
nasional (Statistik Peternakan, 2006). Ternak domba biasanya dipelihara dengan tujuan sebagai tabungan, ternak potong untuk
konsumsi keluarga, maupun memanfaatkan kotorannya sebagai pupuk bagi tanaman.
Pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh petani di pedesaan pada umumnya dalam
skala yang relatif kecil dengan rataan jumlah pemilikan sebanyak 3-5 ekor per
keluarga petani. Sistem pemeliharaan pun dilakukan secara tradisional dengan
ciri-ciri: perkandangan sederhana, penyediaan pakan terbatas dengan
mengandalkan alam sekitar atau setengah digembalakan, dan tanpa ada pemilihan
bibit secara terarah. Melalui sistem pemeliharaan secara sederhana tersebut,
ternak ini hanya memberikan pertambahan berat badan harian sebesar 20-30 gram,
lebih kecil dari potensi produktivitas yang dapat dicapai oleh ternak domba
apabila dipelihara secara intensif dengan pemberian makanan yang cukup jumlah
dan baik mutunya (Merkel dan Subandriyo, 1997).
Berbagai upaya dan penelitian
telah dilakukan untuk memperoleh cara yang paling sederhana dan baik dalam
pemeliharaan ternak domba, karena pengusahaan ternak ini memiliki prospek yang
cerah. Berdasarkan prospek usaha dan potensi ternak domba, maka diperlukan
sistem pemeliharaan dan perawatan yang lebih baik sehingga ternak domba akan
dapat menunjukkan produktivitas yang optimal, memberikan sumbangan daging
yang lebih besar, dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan peternak di
pedesaan.
- Belum diketahui
macam-macam domba.
- Belum diketahui cara
budidaya domba yang benar.
- Belum diketahui cara
berusaha domba yang baik dan menguntungkan.
- Untuk mengetahui macam-macam
domba,
- Untuk mengetahui cara
berbudidaya domba,
- Untuk mengetahui cara
berwirausaha dengan berbudidaya domba,
- Untuk mengetahui analisis
usaha budidaya domba.
- Dapat memahami dan
mengetahui pembagian domba,
- Dapat mengetahui cara
berbudidaya, cara berwirausaha domba,
- Dapat menerapkan
langsung di lapangan cara budidaya domba.
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat berbagai bangsa domba
di Indonesia yang memiliki sifat-sifat yang berbeda. Pengetahuan tentang bangsa
domba diperlukan sebagai bekal dalam memilih bangsa disesuaikan dengan tujuan
usaha peternakan yang diinginkan.
1.
DombaAsli Indonesia
Domba asli Indonesia memiliki
ciriciri berbadan kecil, lambat dewasa, warna bulu dan tanda-tanda lain tidak
seragam, serta hasil dagingnya (karkas) relatif kecil atau sedikit.
2. Domba
Ekor Gemuk
Domba ekor gemuk banyak
terdapat di Jawa Timur, Madura, Lombok, dan Sulawesi yang dibawa ke Indonesi
oleh pedagang Arab pada abad XIX. Ciri-ciri domba ini adalah bentuk badan
besar, bobot domba jantan mencapai 50 kg dan domba betina 40 kg; domba jantan
bertanduk, sedangkan domba betina tidak bertanduk; ekor panjang, pada bagian
pangkalnya besar untuk menimbun lemak.ujung ekornya kecil tak berlemak; warna
bulunya sebagian besar putih, tetapi ada juga yang berwarna hitam atau
kecoklat-coklatan.
3. Domba
Priangan
Domba ini berasal dari Jawa
Barat, yaitu Kabupaten Garut dan sekitarnya, sehingga disebut domba Garut.
Merupakan hasil persilangan segitiga antara domba asli, merino, dan ekor gemuk
dari Afrika Selatan. Ciri-ciri dari domba priangan antara lain berat domba
jantan hidup dapat mencapai 60-80 kg; berat domba betina sekitar 30-40 kg; daun
telinga relatif kecil dan kokoh; berbulu lebih panjang daripada domba asli
dengan warna bulu beragam, ada yang putih hitam dan coklat atau warna campuran;
domba betina tidak bertanduk, sedangkan domba jantan mempunyai tanduk besar,
kokoh, kuat, dan melingkar. Domba priangan jantan yang baik performansinya digunakan
sebagai domba laga, akan tetapi meskipun berbulu lebat, domba ini tidak dapat
diklasifikasiksan sebagai penghasil wol karena merupakan wol kasar yang tidak
ekonomis.
Bibit domba bakalan yang baik untuk pengggemukan
adalah sebagai berikut :
a. Umur antara 8
bulan – 1 tahun.
b. Ukuran badan
normal, sehat, bulu bersih dan mengkilap, garis punggung dan pinggang lurus.
c. Keempat kaki
lurus, kokoh dan tumit terlihat tinggi.
d. Tidak ada
cacat pada bagian tubuhnya, tidak buta.
e. Hidung bersih,
mata tajam dan bersih serta anus bersih.
Pada umumnya
tipe kandang pada ternak kambing dan domba adalah berbentuk panggung.
Konstruksi kandang dibuat panggung di mana di bawah lantai kandang terdapat
kolong untuk menampung kotoran. Dengan adanya kolong berfungsi untuk
menghindari kebecekan dan kontak langsung dengan tanah yang bisa jadi tercemar
penyakit. Lantai kandang ditinggikan antara 0,5 – 2 m. Bak pakan dapat
ditempelkan pada dinding. Bak pakan untuk kambing dibuat agak tinggi, kira-kira
sebahunya karena kebiasaan kambing memakan daun-daun perdu.
Untuk Domba,
dasar bak pakan horizontal dengan lantai kandang karena kebiasaan domba
merumput. Lantai kandang dibuat dari kayu papan atau belahan bambu yang disusun
dengan jarak 2-3 cm. Dengan demikian, kotoran dan air kencing mudah jatuh pada
kolong, sementara tracak/kaki kambing dan domba tidak mudah terperosok dan
terjepit terjepit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bibit memiliki arti penting dalam mendukung keberhasilan usaha
yang bersifat komersial. Ternak dipelihara dengan bibit yang baik, maka
diharapkan dapat dihasilkan keturunan yang baik pula. Faktorfaktor yang harus
dipertimbangkan dalam memilih ternak sebagai ternak bibit dapat dilihat pada
Tabel 1.
Sifat Umum Sifat Khusus
|
Bentuk tubuh
|
Umur
pubertas/akil balig (betina 10 bulan,
jantan
12 bulan)
|
Tidak ada
cacat
|
Kesuburan
(subur) dan jumlah anak sekelahiran
sampai
disapih (2 ekor)
|
|
Bobot
lahir (2,2 kg), bobot sapih (12-13 kg), dan
bobot
badan dewasa (jantan 55-60 kg, betina
30-35
kg)
Sifat
keindukan (mampu menyusui, mengasuh,
dan
membesarkan anaknya)
|
|
Untuk mendapatkan keturunan yang baik, maka pilihlah induk dan
pejantan yang baik. Tanda-tanda umum bentuk luar ternak yang dianggap baik
dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.
Tanda
Umum
|
Keterangan
|
Bentuk
tubuh
|
Kompak,
dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, bulu lunak
dan
mengkilat, tubuh besar tetapi tidak
terlalu
gemuk
|
Sifat
keindukan
|
Penampilan
jinak, sorot mata ramah
|
Kenormalan
|
kaki
Kaki lurus dan tumit tinggi
|
Keadaan
gigi
|
Jumlah
gigi lengkap, rahang atas dan bawah rata
|
Keturunan
|
Berasal
dari keturunan kembar atau beranak kembar, atau kelahiran tunggal tetapi
berasal
dari
induk muda
|
Ambing
|
Tidak
terlalu menggantung, bentuk simetris,
|
Jumlah
puting
|
Dua
buah
|
Tanda
Umum
|
Keterangan
|
Bentuk
tubuh
|
Besar,
dada lebar, tubuh relatif panjang, bagian tubuh sebelah belakang lebih besar
dan lebih tinggi, tetapi tidak terlalu gemuk
|
Penampilan
|
Gagah,
mencerminkan kemampuan menurunkan sifat yang baik pada anaknya Aktif Ramah,
aktif, dan siap mengawini induk yang birahi (nafsu kawinnya besar)
|
Keturunan
|
Berasal
dari keturunan kembar
|
Umur
|
Antara
1,5 sampai 3 tahun
|
Pakan bagi ternak domba
ditinjau dari segi nutrisi merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
menunjang pertumbuhan, reproduksi, dan kesehatan ternak. Pemberian pakan yang
baik adalah sesuai dengan kebutuhan nutrisi ternak dan jumlahnya disesuaikan
dengan status fisiologis ternaknya. Nutrisi tersebut dapat dikelompokkan
menjadi energi, protein, mineral, vitamin, dan air.
Sumber energi terbesar untuk domba adalah hijauan dan bijibijian
serta hasil ikutannya. Bahan pakan yang merupakan sumber protein antara lain
pakan penguat seperti tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dan bungkil
kacang tanah, dan leguminosa seperti daun turi, lamtoro, kaliandra, dan glyricidia. Sebagai sumber
mineral dapat ditambahkan garam atau mineral mix. Vitamin yang dibutuhkan
ternak biasanya tersedia cukup dalam campuran bahan pakan. Kebutuhan air, agar
ternak dapat minum setiap saat, sebaiknya di dalam kandang disediakan air bersih
sepanjang waktu.
Domba merupakan ternak yang
memerlukan bahan pakan berupa hijauan dalam jumlah besar, yaitu sekitar 90%.
Pakan konsentrat atau pakan penguat hanya sebagai pakan tambahan saja. Hijauan
dapat disediakan dengan cara mencari di alam atau dapat pula dibudidayakan.
Penanaman dapat dilakukan di areal yang tidak dimanfaatkan untuk tanaman
pertanian, seperti galengan/pematang sawah pinggir jalan, tanah desa, di lereng
atau bahkan dapat ditanam sebagai pagar hidup, dan di area tanam sebagai monokultur.
Berbagai jenis hijauan yaitu
rumput (rumput alam, rumput gajah, setaria, rumput benggala, rumput raja, dan
lain-lain). Selain itu hijauan lain yaitu leguminosa (daun lamtoro, turi, glyricidia, kaliandra, dan
lain-lain). Hijauan yang berasal dari sisa hasil panen seperti daun ubi, daun
nangka, jerami kacang tanah, jerami kacang kedelai, jerami jagung, dan daun
pisang juga dapat digunakan sebagai pakan ternak. Pemberian pakan hijauan perlu
diperhatikan imbangan antara rumput dan daun leguminosa dikaitkan dengan
kondisi fisiologis ternak.
Konsentrat atau pakan penguat
terdiri dari biji-bijian yang digiling halus, seperti jagung, bungkil kelapa,
bungkil kedelai, dedak, dan bekatul. Contoh campuran hijauan pakan dan susunan
konsentrat disajikan pada Tabel 4 dan 5.
Status
Ternak
|
Rumput
(%)
|
Hijauan
kacang-kacangan
(%)
|
Sedang tumbuh
|
60
|
40
|
Betina dewasa
|
75
|
25
|
Betina bunting
|
60
|
40
|
Betina menyusui
|
50
|
50
|
Pejantan pemacek
|
75
|
25
|
Jenis Bahan
|
%
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
Jagung giling
|
42,0
|
62,5
|
-
|
52,0
|
40,0
|
Bungkil kedelai
|
25,0
|
15,0
|
-
|
12,5
|
7,5
|
Dedak halus
|
30,0
|
20,0
|
-
|
22,5
|
50,0
|
Tepung tulang
|
1,5
|
1,0
|
-
|
1,5
|
1,0
|
Garam
|
1,5
|
1,5
|
1,5
|
1,5
|
1,5
|
Ampas tahu kering
|
-
|
-
|
98,5
|
-
|
-
|
Jumlah pemberian/ekor/hari (g)
|
200-250
|
300-400
|
350
|
200-250
|
250
|
Keterangan:
Rumput/hijauan
diberikan secara bebas
I
: Untuk domba yang seda ng be rtumbuh
II
dan III : Untuk domba penggemukan
IV
: Untuk domba bunting/menyusui
V
: Untuk pej antan pemace k/aduan
Pemberian pakan pada ternak
dapat dilakukan dengan cara digembalakan dan disediakan. Pemberian pakan dengan
cara digembalakan dilakukan dengan melepas ternak untuk mencari pakan sendiri
di padang penggembalaan selama 6-8 jam sehari. Penggembalaan dilakukan sesudah
hijauan bebas dari embun dan sore hari sekitar pukul 15.00. Pakan untuk ternak
yang dipelihara terus menerus dalam kandang diberikan dengan cara disediakan.
Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan, pakan penguat, dan garam atau feed supplement. Jumlah
pakan hijauan yang diberikan pada domba dewasa rata-rata 10% dari berat badan
atau 4,5-5 kg/ekor/hari yang disajikan sedikit demi sedikit 2-3 kali sehari.
Bahan pakan berupa hijauan
juga dapat diawetkan pada saat hijauan melimpah seperti dibuat silase atau hay.
Pengawetan hijauan merupakan salah satu cara efisiensi pakan yaitu penyimpanan
pakan yang berlimpah di saat musim hujan untuk dapat digunakan di musim kemarau
pada saat produksi hijauan biasanya menurun.
1. Kandang panggung
Kandang diperlukan sebagai
tempat berlindung ternak dari hujan dan terik matahari sehingga ada rasa
nyaman. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat kandang yaitu:
a. tempat/lahan yang tanahnya kering dan letaknya tinggi.
b. jarak kandang 10 meterdari sumur dan rumah.
c. cukup mendapat sinar matahari pagi yang merata dan udara
yang segar serta bersih, terlindung dari hembusan angin langsung.
d. tersedia tempat pakan dan minum yang mudah dibersihkan. dan
e. menggunakan bahan
bangunan yang kuat dan murah.
Kandang di buat bentuk
panggung. Model kandang panggung memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
dari kandang panggung adalah kandang menjadi lebih bersih karena kotoran jatuh
ke bawah, kebersihan ternak lebih terjamin, lantai kandang selalu kering, serta
kuman, parasit, dan jamur dapat ditekan. Beberapa kelemahannya antara lain
biaya relatif mahal, resiko terperosok/jatuh, dan kandang memikul beban ternak
lebih berat.
Jika dalam suatu unit kandang
dipelihara sejumlah ternak dengan status fisiologis yang berbeda-beda, maka
harus ditempatkan sesuai status fisiologisnya dengan cara menyekat beberapa
ruang kandang;
Peralatan kandang domba yang
penting adalah tempat pakan dan tempat minum. Selain itu perlengkapan kandang
yang dibutuhkan seperti tangga untuk mempermudah akses keluar masukbaik ternak
maupun peternak dan bak penampungan kotoran di bawah kolong.
2. Reproduksi ternak domba
Secara umum interval kelahiran
domba yang baik adalah 2 tahun dengan 3 kali melahirkan. Agar peternak dapat
melakukan pengaturan perkawinan dengan baik, maka yang harus diperhatikan
adalah:
a.
Domba betina
mencapai dewasa kelamin pada umur 6-8 bulan.
b.
Domba jantan mulai
dapat dikawinkan pada umur 18-20 bulan.
c.
Domba betina mulai
dikawinkan pertama kali pada umur 12-15 bulan.
d.
Siklus birahi
terjadi rata-rata setiap 17 hari sekali.
e.
Lama birahi
berlangsung 30-40 jam atau 1-2 hari.
f.
Saat yang paling
tepat untuk mengawinkan domba yang sedang birahi ialah pada hari kedua.
g.
Lama bunting
berlangsung 5 bulan atau 144-152 hari.
h.
Penyapihan anak
dilakukan pada umur 3 bulan.
i.
Batas umur domba
diternakkan: betina 5 tahun, jantan 6-8 tahun.
j.
Perbandingan
antara betina dan pejantan: pejantan yang berumur kurang dari 15 bulan dapat
melayani 10 ekor betina, pejantan yang berumur kurang dari 3
tahun dapat melayani 35 ekor betina, dan pejantan yang berumur lebih dari 3
tahundapat melayani 50 ekor betina.
k.
Tanda-tanda domba
betina birahi: gelisah, ribut dan nafsu makan berkurang, mencoba
menaiki ternak lain, menggerak-gerakan ekor dan sering kencing, berusaha
menaiki pejantan dan yang penting mau atau diam bila dikawini pejantan, alat kelamin bagian luar sedikit membengkak, memerah dan kadang-kadang sedikit mengeluarkan lendir.
3. Mengawinkan ternak
Walaupun domba betina mencapai
dewasa kelamin pada umur 6-8 bulan, sebaiknya perkawinan pertama dilakukan pada
umur 12- 15 bulan karena telah mencapai dewasa tubuh. Masa birahi ternak domba
berlangsung selama 30-40 jam atau 1-2 hari dan domba betina akan melepaskan sel
telur (Ovulasi) pada akhir masa birahi.Oleh karena I tu, perkawinan yang tepat
harus dilakukan pada hari kedua masa birahi. Sebaiknya pejantan harus
dimasukkan ke dalam kandang betina minimum 3 kali siklus birahi. Tanda-tanda
awal kebuntingan kurang jelas untuk diamati walaupun dengan cara meraba.
Tanda-tanda umum yang tampak adalah birahi berikutnya tidak timbul lagi, ternak
lebih tenang, tidak suka dekat dengan pejantan, nafsu makan agak meningkat,
kadangmenggesekkan badannya ke dinding atau menjilati dinding kandang, pada
pertengahan kebuntingan, perut nampak membesar terutama pada perut sebelah
kanan dan ambing agak turun posisinya.
4. Ciri-ciri ternak akan melahirkan
Ternak domba bunting selama 5
bulan. Induk yang bunting tua dipisahkan dari kelompoknya dan ditempatkan di
ruangan tersendiri yang bersih, aman dari gangguan, dan nyaman. Tanda-tanda
induk akan melahirkan: apabila puting dipijat akan keluar air susu yang kental
dan berwarna agak kuning, di daerah tubuh bagian belakang dekat pangkal ekor
terlihat cekung, dan saat kelahiran sudah dekat sekali, biasanya akan terlihat
cairan keluar dari kemaluan (vulva) dan ternak gelisah.
5. Persiapan perawatan kelahiran
Kelahiran merupakan proses
alamiah. Agar kelahiran berlangsung lancar dan selamat, diperlukan beberapa
persiapan, yaitu: pembersihan kandang, lantai diberi alas atau tilam dari
bahanbahan yang empuk seperti jerami kering atau serbuk gergaji, dan penyediaan jodium tincture (Obat merah) atau betadine untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar.
6. Proses kelahiran
Proses kelahiran diawali
dengan masuknya janin ke dalam saluran peranakan, kemudian kantong ketuban
pecah. Bagian yang muncul pertama adalah kedua ujung kaki depan diikuti kepala
yang terletak di atas kedua kaki. Pada waktu anak lahir dan telah menyentuh
tanah, secara otomatis tali pusar langsung putus dan oleskan jodium tincture pada bekas
potongannya untuk mencegah infeksi. Induk biasanya akan langsung berdiri untuk
membersihkan lendir yang menutup tubuh anak domba. Jika induk tidak mau menjilati
anaknya, bersihkan cairan yang menempel dengan menggunakan kain lap yang bersih
dan kering.
7. Perawatan anak yang baru lahir
Setelah anak lahir beberapa
saat kemudian anak bisa langsung berdiri dan belajar menyusu untuk mendapatkan
kolostrum. Apabila induk tidak mau menyusui anaknya, maka sebaiknya induk
dipaksa dengan cara memegangnya agar anak dapat menyusu. Pada umur 3 minggu
pertama, kehidupan anak secara keseluruhan tergantung pada air susu induk atau
air susu pengganti. Anak biasanya menyusu 1-2 kali setiap jam.
8. Perawatan ternak
Perawatan merupakan salah satu
bagian dari pemeliharaan agar ternak domba dapat tumbuh dengan baik dan
berproduksi secara optimal. Upaya-upaya perawatan yang harus dilakukan secara
rutin antara lain memandikan, mencukur bulu, dan memotong kuku.
a. Memandikan
Domba sebaiknya dimandikan secara rutin seminggu sekali agar
tubuhnya tidak kotor dan tidak menjadi sarang penyakit. Memandikan domba dapat
dilakukan pada saat cuaca cerah dengan menggunakan air bersih dan mengalir.
Pada saat dimandikan, seluruh bulu badan dan tubuhnya dibersihkan dengan air
sabun dan disikat, kemudian dibilas dengan air bersih. Setelah dimandikan,
domba dibiarkan berjalan-jalan (exercise) sampai bulunya kering.
b. Mencukur bulu
Bulu domba tumbuh relatif banyak sehingga memerlukan perawatan
agar tidak menjadi kotor serta tidak menjadi sarang kuman penyakit dan parasit.
Mencukur bulu sebaiknya dilakukan pada domba yang telah berumur lebih dari 6
bulan dan dilakukan dua kali setahun. Sebelum mencukur bulu, sebaiknya domba
dimandikan terlebih dahulu agar bulunya bersih dan pelaksanaan pencukuran lebih
mudah. Teknik saat mencukur bulu, ternak dapat tetap berdiri atau dirobohkan
dengan cara mengikat keempat kakinya sehingga pencukuran dapat lebih cepat dan
hasilnya lebih rapi. Pencukuran dapat menggunakan gunting yang besar dan tajam
atau gunting cukur listrik. Pencukuran dimulai dari perut bagian bawah, ke
atas, ke depan, dan ke belakang sampai daerah kepala dan kaki. Bulu yang
tertinggal di kulit sepanjang 0,5-1 cm. Mencukur bulu harus dilakukan dengan
hati-hati agar kulit domba tidak terluka.
c. Memotong kuku
Domba yang dipelihara dalam kandang, secara alami kukunya akan
tumbuh dan bertambah panjang. Kuku domba yang panjang dan tidak pernah dipotong
dapat menyebabkan gangguan pada saat berjalan, untuk pejantan dapat mengganggu
pada saat kawin, dan menjadi sarang kotoran dan kuman penyakit sehingga mudah
terinfeksi. Untuk menghindari hal-hal tersebut maka kuku domba harus dipotong
secara rutin setiap 3-6 bulan sekali. Memotong kuku dilakukan dengan cara
mengikat domba pada bambu. Kemudian kuku depan kiri dan kanan dipotong secara
bergantian dengan cara mengangkat kaki domba dengan melipat sendi lutut. Untuk
memotong kuku belakang kiri dan kanan dilakukan dengan menjepit badan domba
bagian belakang dengan posisi searah ekor, kemudian kaki belakang diangkat dan
dipotong secara bergantian. Memotong kuku dapat menggunakan gunting, rennet,
atau pisau tajam. Bagian kuku yang dipotong adalah bagian yang tidak ada syaraf
dan pembuluh darah.
9. Pengendalian penyakit
Kesehatan menentukan tingkat
keberhasilan usaha ternak domba. Agar ternak domba tetap sehat, kandang harus
bersih, air minum diberikan teratur dan bersih. Penyakit yang sering menyerang
domba adalah bloat (kembung perut), cacing, dan kudis (kurap, scabies).
Bloat (kembung perut):
Gejala: lambung sebelah kiri
atas tampak besar dan bila dipukul berbunyi seperti drum, frekuensi pernafasan
cepat, dan punggung domba tampak membungkuk.
Penyebab: Hijauan di dalam
rumen cepat mengalami fermentasi, sehingga membentuk timbunan gas yang cukup
besar. Hijauan (rumput dan daun) yang cepat mengalami fermentasi seperti rumput
muda, rumput basah dan daun ubi jalar. Agar ternak domba tetap sehat, kandang
harus bersih, air minum diberikan teratur dan bersih.
Pencegahan: hindarkan domba
digembalakan di tempat yang rumputnya basah akibat embun pagi, jangan diberi
rumput muda.
Pengobatan: berikan larutan
gula merah dan asam jawa, keluarkan gas dengan cara mengurut-urut perut domba.
Cacing:
Parasit
yang sering menyerang saluran pencernaan domba diantaranya adalah cacing bulat
dan cacing hati.
Gejala terinfeksi cacing
bulat: domba menjadi kurus, pucat, lemah; bila infeksi parah mengakibatkan;
perut besar, bulu kusam, dan kadang keluar kotoran encer.
Gejala terinfeksi cacing hati:
kondisi tubuh lemah; selaput lendir bola mata dan gusi tampak pucat;
kadang-kadang di bawah dagu membengkak lunak karena berisi air; dan perut
buncit akibat adanya penimbunan cairan di dalam perut.
Pencegahan:
1. Kandang dibersihkan secara
rutin dan hindari lantai menjadi becek.
2. Domba tidak digembalakan di
tempat yang tercemar telur atau larva cacing.
Pengobatan: Domba diobati
dengan obat cacing khusus hewan yang dijual di toko yang menjual kebutuhan peternakan.
Diberikan dalam bentuk kapsul atau dalam bentuk serbuk dan dicampur air minum.
Dosis pemberian sesuai anjuran.
Kudis (Kurap, scabies):
Gejala: ternak gelisah karena
gatal sehingga nafsu makan menurun, kulit bersisik berkeropeng, bulu rontok,
dan pada awalnya menyerang pada bagian bibir, kepala, kemudian menjalar ke
seluruh tubuh.
Penyebab: parasit kulit yang
menular dengan cara kontak langsung.
Pencegahan: penyakit ini dapat
dicegah dengan cara menjaga kebersihan dan pemisahan ternak sakit.
Pengobatan: menggunakan salep
Antusol dengan cara dioleskan pada bagian tubuh domba yang terserang.
Agar produk ternak lebih
bermanfaat atau tahan lama, baik sebagai konsumsi maupun bahan yang dapat
digunakan untuk keperluan selanjutnya, seperti: pengolahan karkas, daging,
kulit, kompos, dan wol, diperlukan penanganan lanjutan terhadap hasil utama
serta hasil ikutan. Untuk memperoleh produk ternak yang bermutu tinggi maka
diperlukan domba yang sehat, bebas dari penyakit ekto dan endo parasit. Selain sehat, tahapan
perlakuan tertentu yang harus dilalui yaitu pemeriksaan kesehatan,
penyembelihan, pengulitan, pelayuan karkas, dan pemotongan karkas. Selain itu,
terdapat juga teknologi pengolahan hasil utama (daging) dan hasil ikutan (kulit
dan kotoran)
Uraian
|
Volume
|
Jumlah (Rp)
|
Biaya Tetap
|
|
|
a. Sewa tanah
|
600 m2
|
400.000
|
b. Penyusutan kandang
|
|
1.000.000
|
c. Peralatan
|
|
200.000
|
Total Biaya Tetap
|
|
1.600.000
|
Biaya Variabel :
|
|
|
a. Domba bakalan
|
100 ekor
|
30.000.000
|
b. Pakan
|
|
8.460.000
|
c. Tenaga kerja
|
3 orang
|
3.000.000
|
d. Perawatan kandang
|
|
250.000
|
e. Obat-obatan
|
|
350.000
|
f. Transportasi
|
|
300.000
|
g. Listrik
|
|
200.000
|
h. Telepon
|
|
200.000
|
i. Biaya tak terduga
|
2,50%
|
1.116.048
|
j. Bunga modal
|
4%
|
1.931.920
|
Total Biaya Variabel
|
|
45.807.968
|
Total Biaya Produksi
|
|
47.407.968
|
Pendapatan
|
|
|
a. Penjualan domba
|
96 ekor x 40 kg x Rp
14.500
|
55680000
|
b. Penjualan kotoran (pupuk)
|
100 x 0,75 kg x 120
x100
|
900.000
|
Total Pendapatan
|
|
56.580.000
|
Keuntungan
|
|
9.172.032
|
B/C
|
|
0,19
|
|
|
|
|
|
PENUTUP
Usaha penggemukan ternak domba masih
layak dikembangkan, tingkat pemasokan daging domba secara nasional baru
mencapai I % . Tingkat pemasokan daging domba saat ini dibawah permintaan pasar
sehingga dengan demikian peluang usaha masih terbuka lebar . Dalam mendukung
keberhasilan usaha
Saran yang dapat diberikan untuk perkembangan peternakan domba antara lain
:
1.
Kegiatan
beternak domba perlu ditingkatkan lebih tinggi dalam aktivitas dan motivasi
peternak sehingga usaha ternak domba dapat lebih memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga perternak.
2.
Perlu
didukung lembaga-lembaga pemerintahan dan akademisi yang mendukung dalam
peningkatan aktivitas peternak domba.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2008.
Teknologi Budidaya Kambing. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Merkel Roger C dan Subandriyo. 1997. Sheep and Goat Production Handbook
for Southeast Asia. University of California Davis, USA.
Mulyono Subangkit. 2005. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Murtidjo Bambang A. 2006. Memelihara Domba. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 1991. Pedoman Praktis Beternak
Kambing-Domba sebagai Ternak Potong. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Bogor.