Kamis, 22 Oktober 2015

Pengukuran dan Pengamatan Fisiologis pada Sapi Dara

I.                   PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh status kesehatan ternak yang dipelihara. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan ternak adalah dengan mengontrol dan mengatur tata laksana kesehatan ternak, antara lain dengan pemeriksan kesehatan ternak melalui pengamatan tingkah laku ternak, pemeriksaan fisik tubuh ternak dan pemeriksaan kondisi fisiologis ternak. Pada hewan ternak dikatakan sakit bila organ tubuh ataupun fungsinya mengalami kelainan dari keadaan normal, kelainan tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan dengan alat indra secara langsung atau menggunakan alat-alat bantu.
Fisiologis ternak meliputi suhu tubuh, suhu tubuh ternak merupakan hasil keseimbangan dari panas yang diterima dan dikeluarkan oleh tubuh. Cara untuk memperoleh gambaran suhu tubuh salah satunya adalah dengan melihat suhu rectal yang dapat mewakili suhu tubuh secara keseluruhan sehingga dapat disebut sebagai suhu tubuh.
Pengamatan fisiologis tidak hanya pada suhu akan tetapi juga pada sistem pencernaan yang meliputi gerak peristaltik usus, kontraksi rumen dan konsistensi feses. Kemudian pada sistem pernapasan juga meliputi frekuensi napas dan kualitas pernapasan. Sedangkan untuk sistem peredaran darah meliputi frekuensi denyut nadi dan kondisi selaput konjungtiva.

B.     Rumusan Masalah

Bagaimanakah kondisi fisiologis ternak yang ada di kandang sapi dara, meliputi suhu tubuh, sistem pencernaan, sistem pernapasan, dan sistem peredaran darahnya ?

C.    Tujuan

Mahasiswa mampu mengetahui kondisi fisiologis dan mampu melakukan pengukuran dan pengamatan terhadap kondisi fisiologis ternak meliputi suhu tubuh, sistem pencernaan, sistem pernapasan, dan sistem peredaran darah.
D.    Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui kondisi fisiologis dan dapat melakukan pengukuran dan pengamatan terhadap kondisi fisiologis ternak meliputi suhu tubuh, sistem pencernaan, sistem pernapasan, dan sistem peredaran darah.



II.                TINJAUAN PUSTAKA

A.    Fisiologis Ternak
Kondisi fisiologi ternak dapat digunakan untuk mengetahui kesehatan seekor ternak, kondisi fisiologis yang digunakan untuk mengetahui indikasi ternak sehat adalah suhu tubuh, frekuensi denyut nadi dan frekuensi respirasi (Subroto, 1985).

B.     Suhu Ternak
Menurut Sugeng (1998), suhu tubuh normal untuk anak sapi adalah 39,50C-400C, sedangkan untuk  sapi dewasa 380C-39,50C. Suhu tubuh dipengaruhi oleh lingkungan, jenis kelamin dan kondisi ternak. Sugeng (1998) menjelaskan bahwa ternak mempunyai sistem pengaturan suhu tubuh untuk memelihara suhu tubuhnya dari pengaruh luar.
Suhu tubuh bagian dalam tubuh hewan dapat diukur dengan menggunakan termometer. Hasil yang diperoleh tidak menunjukkan jumlah total panas yang diproduksi tubuh tetapi menunjukkan keseimbangan antara produksi panas dan pengeluaran panas tubuh (Kelly 1984).

C.    Sistem Pencernaan
1. Kontraksi rumen
Proses ruminansi pada sapi sehat berupa peremasan pakan yang ditelan secara kuat dan mantap kemudian dicampur dengan cairan. Kontraksi rumen rata-rata terjadi sekali tiap dua menit. Peristiwa ini menimbulkan gerakan rumen yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa dengan mengepalkan tinju dan mendesaknya di bagian kiri atas lambung tepat di lekuk pinggang di belakang rusuk terakhir. Terjadinya perubahan frekuensi atau gerak ruminansi yang tidak dapat dirasakan menandakan adanya gangguan fungsi rumen (Akoso, 1996).
Gerak rumen per 5 menit untuk ukuran normal adalah 3 s.d. 8 kali denyutan. Artinya frekuensi yang didapat menunjukan bahwa rumen sapi tersebut bekerja normal. Hal ini dapat kita lihat dari fesesnya yang padat (normal) (Akoso, 1996).

2.      Peristaltik usus
Lakukan auskultasi di daerah abdomen sebelah kanan. Dengarkan peristaltik usus dengan baik, bagaimana kekuatan peristaltik pada hewan yang normal, lakukan pula pada beberapa ekor sapi lain. Dengan membiasakan diri secara ini akan dapat membedakan apakah persitaltik kekuatannya normal, lebih kuat atau lemah. Gabungkan hasil auskultasi ini dengan pemeriksaan feses, suhu tubuh dan pemeriksaan umum, maka akan diperoleh gambaran keadaan usus. Untuk memeriksa rektum, lakukan palpasi dengan eksplorasi rektal, sedangkan anus cukup diinspeksi dan palpasi dari luar (M. Aroza, 2013).

3.      Konsistensi feses
Konsistensi feses menunjukkan beberapa indikator. Cara buang kotoran dan kencingnya lancar tanpa menunjukkan gejala kesakitan. Konsistensi kotoran (feses) padat (M. Aroza, 2013).

D.    Sistem Pernapasan
Frekuensi pernapasan bervariasi, tergantung dari jenis sapi pada umumnya. Rata-rata frekuensi pernapasan sapi normal adalah 19 kali per menit, atau dalam interval 10-35 kali. Angka rata–rata dapat naik jika terjadi kejutan atau latihan. Sapi yang mengalami demam tinggi akan bernapas lebih cepat, sedangkan sapi yang terserang penyakit menahun dan cukup serius, frekuensi pernapasannya akan menjadi lambat dan berat (Akoso, 1996).
Frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran tubuh, umur, aktifitas ternak, kehamilan, lingkungan dan aktifitas pencernaan terutama pada rumen (Dukes, 1995). Menurut Sugeng (1998), frekuensi pernapasan yang sebenarnya dapat dihitung bila ternak dalam keadaan istirahat dan tenang.

E.     Sistem Peredaran Darah

1.      Frekuensi denyut nadi
Akoso (1996) menyatakan denyut nadi sapi normal sekitar 50-60 kali per menit. Hal ini berhubungan dengan faktor bahwa semakin kecil ukuran hewan, laju metabolisme per unit berat badannya semakin tinggi (Dukes, 1995). Hewan yang sakit atau stres akan meningkat denyut jantungnya untuk sementara waktu (Subroto, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan denyut nadi adalah umur, spesies, kelamin, kondisi ternak, aktivitas dan suhu lingkungan (Akoso, 1996). Hewan yang sakit atau stress akan meningkat denyut jantungnya untuk waktu tertentu. Semakin tinggi aktivitas yang dilakukan ternak, semakin cepat denyut nadinya. Hewan yang memiliki tubuh lebih kecil, denyut nadinya lebih besar dari pada hewan yang mempunyai ukuran tubuh besar (Frandson, 1992).

2. Selaput lendir mata (conjunctiva)
 Geser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari dengan telunjuk dan sedikit ditekan, maka akan nampak selaput lendir mata. Lakukan pula pada kelopak mata yang bagian bawah. Bandingkan antara conjuctiva mata kanan dan kiri, apakah ada perbedaan. Selanjutnya usahakan melihat conjunctiva pada beberapa ekor ternak dan berbagai spesies untuk meyakinkan bagaimana warna konjungtiva normal. Pada waktu pemeriksaan konjungtiva, perhatikan apakah ada perubahan warna, apakah lebih basah atau lebih kering, apakah ada lesi, kotoran, bercak-bercak dan lain sebagainya. Bila ada perubahan apakah bilateral atau unilateral (M. Aroza, 2013).

III.             METODOLOGI

A.    Waktu dan Tempat

Pengukuran dan pengamatan terhadap kondisi fisiologis ternak sapi dilaksanakan pada Kamis, 15 Oktober 2015. Praktik ini dilaksanakan di komplek kandang sapi betina STPP Magelang.

B.     Alat dan Bahan

1.      Alat
·         Termometer

·         Counter

·         Stethoscope
·         Stopwatch

·         Palu perkusi
·         Alat tulis


2.      Bahan

·         Sapi dara tiga ekor

C.    Langkah Kerja

1.      Pengukuran dan pengamatan suhu tubuh
Mengukur suhu tubuh dilakukan dengan cara sebagai berikut: 
  • Menormalkan skala termometer dengan cara dikibas–kibaskan dengan hati–hati.
  • Pegang dan angkat ekor ternak dengan tujuan untuk mempermudah memasukkan termometer.
  • Memasukkan termometer ke dalam anus ternak selama ±5 menit. Pegang termometer jangan sampai patah dan lepas ke dalam tubuh ternak
  • Kemudian mengamati skala pada termometer dan catat hasilnya.



2.        Pengukuran dan pengamatan sistem pencernaan
a.       Peristaltik usus
·         Peristaltik usus diukur dan diamati dengan secara auskultasi (mendengarkan), menggunakan stethoscope.
·         Pengukuran dan pengamatan dilakukan pada bagian perut di sekitar ambing ternak
·         Dengarkan suara peristaltik usus dan hitung frekuensinya selama satu menit, kemudian catat hasilnya
b.      Kontraksi rumen
·         Gerakan rumen ternak dapat dilihat dari samping kiri bagian belakang dari rusuk terakhir (legok lapar)
·         Menghitung frekuensi rumen dapat dilakukan dengan menggunakan tangan terkepal (uji tinju), tekan bagian rumen kemudian rasakan adanya dorongan rumen ke samping kurang lebih 5 menit
·         Hitung berapa frekuensi rumen dan catat hasilnya
c.       Konsistensi feses
·         Konsistensi feses diukur dan diamati secara inspeksi dan palpasi
·         Feses yang keluar diamati bentuknya dan keadaannya kemudian di beri tekanan dengan alat atau tangan untuk mengetahui konsistensi feses tersebut keras, lunak, maupun cair
·         Kemudian catat hasilnya

3.      Sistem pernapasan
a.       Frekuensi napas
·       Frekuensi napas diukur dengan cara inspeksi, kemudin tenangkan terlebih dahulu ternak tersebut
·       Kemudian amati gerakan kembang kempisnya pada bagian perut
·       Hitung banyaknya kembang kempis perut pada ternak selama satu menit dan catat hasilnya
b.      Kualitas pernapasan
·         Kualitas pernapasan diukur dan diamati dengan cara auskultasi yaitu dengan menggunakan palu perkusi
·         Lakukan pengamatan dengan cara memukulkan palu perkusi pada bagian sekitar dada atau badan ternak
·         Dengarkan suara yang muncul, apakah suara udara ataupun air
·         Pastikan dengan tepat kemudian catat hasilnya

4.      Sistem peredaran darah
a. Frekuensi denyut nadi
·         Frekuensi denyut nadi diukur dan diamati secara palpasi dan auskultasi
·         Tenangkan terlebih dahulu ternak tersebut
·         Pengamatan auskultasi dilakukan dengan menggunakan stetoskop dan mengarahkan pada bagian pulsus yaitu sebelah kiri ternak
·         Mendengarkan dengan cermat dan menghitung banyaknya detakan jantung pada ternak percobaan selama satu menit
·         Sedangkan pengamatan secara palpasi dilakukan dengan cara meraba denyut nadi ternak pada bagian ekor
·         Setelah letak denyut nadi terasa, hitung banyaknya denyut selama satu menit, catat hasil tersebut
b.      Kondisi selaput conjunctiva
  • Pengamatan dilakukan dengan cara palpasi, buka conjunctiva dengan cara kelopak mata sebelah bawah ditekan ke bawah memakai ibu jari, sedangkan kelopak mata atas ditekan ke atas dengan jari telunjuk dari tangan yang sama
  • Perhatikan apakah ada perubahan warna, apakah lebih basah atau lebih kering, kotoran, bercak-bercak dan lain sebagainya
  • Bila ada perubahan apakah bilateral atau unilateral.
  • Bandingkan antara conjuctiva mata kanan dan kiri, apakah ada perbedaan kemudian catat hasilnya


IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengukuran dan pengamatan pada tiga ekor sapi dara mengenai kondisi fisiologis ternak didapat data sebagai berikut :
Uraian
Sapi I
Sapi II
Sapi III
a. Bangsa
Simental
Simental
Angus
b. Suhu tubuh (°C)
38,6
38,5
39,5
c. Sistem pencernaan
   Gerak peristaltik usus/menit
3 kali
2 kali
2 kali
   Kontraksi rumen/5 menit
6 kali
5 kali
5 kali
   Konsistensi feses
Lunak
Lunak
lunak
d. Sistem pernapasan
   Frekuensi napas/ menit
28 kali
28 kali
36 kali
   Kualitas pernapasan
Normal
Normal
Normal
e. Sistem peredaran darah
   Frekuensi denyut nadi/menit
52 kali
52 kali
52 kali
   Kondisi selaput konjungtiva
Normal
Normal
normal

B.     Pembahasan
1.      Suhu tubuh
Dari pengamatan yang telah dilakukan  didapatkan hasil bahwa suhu tubuh ketiga sapi tersebut adalah 38,6°C, 38,5°C, dan 39,5°C. Hal ini menunjukkan ternak tersebut berada pada kondisi normal, sesuai dengan pendapat Sugeng (1998) bahwa suhu tubuh normal untuk anak sapi adalah 39,50C-400C, sedangkan untuk  sapi dewasa 380C-39,50C. Tentunya hal ini menunjukkan ternak masih dalam kondisi sehat dan lingkungan di sekitar ternak masih dalam kondisi mendukung.

2.      Sistem pencernaan
a.       Peristaltik usus
Hasil pengmatan menunjukkan bahwa gerak peristaltik usus pada sapi I adalah 3 kali, sapi II adalah 2 kali, dan sapi III adalah 2 kali selama satu menit. Pada pengamatan peristaltik ini terdengar suara gemericik. Hal ini menunjukkan bahwatenak tersebut masih dalam kondisi normal, karena peristaltik usus menunjukkan aktivitas pencernaan di dalam tubuh.
b.      Kontraksi rumen
Berdasarkan pengamatan, didapatkan hasil bahwa kontraksi rumen per lima menit pada sapi I adalah 6 kali, sapi II adalah 5 kali, dan sapi III 5 kali. Hasil ini menunjukkan ketiga sapi tersebut masih dalam kondisi normal. Sesuai dengan pendapat (Akoso, 1996) yang menyatakan bahwa gerak rumen per 5 menit untuk ukuran normal adalah 3 s.d. 8 kali denyutan. Artinya frekuensi yang didapat menunjukan bahwa rumen sapi tersebut bekerja normal. Hal ini dapat kita lihat dari fesesnya yang padat (normal).
c.       Konsistensi feses
Konsistensi feses ketiga sapi tersebut adalah lunak, dalam artian feses ternak berupa zat padat dan tidak begitu banyak cairannya. Feses tersebut masih dalam kondisi normal. Konsistensi feses yang lunak padat ini menunjukkan bahwa pencernaan di dalam perut ternak masih dalam kondisi sehat.

3.      Sistem pernapasan

a.       Frekuensi napas
Frekuensi napas sapi I adalah 28 kali, sapi II adalah 28 kali dan sapi III adalah 36 kali dalam satu menit. Respirasi ternak tersebut masih dalam kondisi normal, hal ini dikarenakan ternak tidak stress di dalam kandang dan ketika pengamatan ternak juga dalam kondisi tenang. Sesuai dengan pendapat Akoso (1996) yang menyatakan bahwa frekuensi pernapasan bervariasi, tergantung dari jenis sapi pada umumnya. Rata-rata frekuensi pernapasan sapi normal adalah 19 kali per menit, atau dalam interval 10-35 kali.
b.      Kualitas pernapasan
Kualitas pernapasan ditunjukkan oleh bunyi yang terdengar pada saat uji menggunakan palu perkusi. Ketiga ternak tersebut memiliki kualitas pernapasan yang baik karena bunyi yang terdengar saat uji menggunakan palu perkusi adalah bunyi udara bukan air. Hal ini menunjukkan paru-paru ternak masih normal karena berisi udara.

4.      Sistem peredaran darah
a.       Frekuensi denyut nadi
Berdasarkan pengamatan didapatkan hasil denut nadi sapi I adalah 52 kali, sapi II sebanyak 52 kali, dan sapi III sebanyak 52 kali dalam satu menit. Akoso (1996) menyatakan denyut nadi sapi normal sekitar 50-60 kali per menit. Hal ini menunjukkan ternak sapi tersebut berada dalam kondisi sehat.
b.      Kondisi selaput konjungtiva
Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada perubahan warna pada selaput konjungtiva ternak. Setelah dilakukan pengamatan selaput konjungtiva ternak juga dalam kondisi bersih. Hal ini menunjukkan ternak dalam kondisi sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit.


V.                SIMPULAN

Berdasarkan pengukuran dan pengamatan mengenai kondisi fisiologis ternak dapat disimpulkan bahwa :
  1. Kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ternak, dikarenakan kondisi fisiologis menunjukkan serangkaian kegiatan sistem organ yang ada pada tubuh ternak
  2. Ternak sapi yang digunakan sebagai objek pengamatan dalam kondisi normal dan sehat, hal ini didasarkan pada hasil-hasil yang muncul pada saat pengamatan.
  3. Suhu, peristaltik usus, kontraksi rumen, konsistensi feses, frekuensi napas, kualitas napas, frekuensi denyut nadi, dan kondisi selaput konjungtiva dari masing-masing ternak bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh stress maupun kesehatan ternak tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Akoso, T.B. 1996. Kesehatan Sapi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Aroza. Pemeriksaan Hewan Ternak. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015. http://arozafkhunsyiah.blogspot.co.id/2013/12/pemeriksaan-hewan-ternak-sehat.html
Dukes. 1995. The Physiologis of Domestic Animal. A Division of Cornell University Press, Ithaca New York.

Frandson RD.1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pr.

Kelly WR. 1984. Veterinary Clinical Diagnosis. London: Bailliere Tindall.

Makoto. 2009. Kesehatan Sapi. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015. http://ardithpradipta.blogspot.co.id/2009/04/kesehatan-sapi.html

Nur Miza. 2013. Kesehatan Ternak Sapi. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015. http://mhyza.blogspot.co.id/2013/10/kesehatan-ternak-sapi.html
Subroto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sugeng, Y. B. 1998. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar