I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh status
kesehatan ternak yang dipelihara. Salah satu cara
untuk menjaga kesehatan ternak adalah dengan mengontrol dan mengatur tata
laksana kesehatan ternak, antara lain dengan pemeriksan kesehatan ternak
melalui pengamatan tingkah laku ternak, pemeriksaan fisik tubuh ternak dan
pemeriksaan kondisi fisiologis ternak. Pada hewan ternak dikatakan sakit bila organ
tubuh ataupun fungsinya mengalami kelainan dari keadaan normal, kelainan
tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan dengan alat indra secara langsung
atau menggunakan alat-alat bantu.
Fisiologis ternak meliputi suhu tubuh, suhu tubuh
ternak merupakan hasil keseimbangan dari panas yang diterima dan dikeluarkan
oleh tubuh. Cara untuk memperoleh gambaran suhu tubuh salah satunya adalah
dengan melihat suhu rectal yang dapat mewakili suhu tubuh secara keseluruhan
sehingga dapat disebut sebagai suhu tubuh.
Pengamatan fisiologis tidak hanya pada suhu akan
tetapi juga pada sistem pencernaan yang meliputi gerak peristaltik usus,
kontraksi rumen dan konsistensi feses. Kemudian pada sistem pernapasan juga
meliputi frekuensi napas dan kualitas pernapasan. Sedangkan untuk sistem
peredaran darah meliputi frekuensi denyut nadi dan kondisi selaput konjungtiva.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah
kondisi fisiologis ternak yang ada di kandang sapi dara, meliputi suhu tubuh,
sistem pencernaan, sistem pernapasan, dan sistem peredaran darahnya ?
C. Tujuan
Mahasiswa
mampu mengetahui kondisi fisiologis dan mampu melakukan pengukuran dan
pengamatan terhadap kondisi fisiologis ternak meliputi suhu tubuh, sistem
pencernaan, sistem pernapasan, dan sistem peredaran darah.
D. Manfaat
Mahasiswa
dapat mengetahui kondisi fisiologis dan dapat melakukan pengukuran dan
pengamatan terhadap kondisi fisiologis ternak meliputi suhu tubuh, sistem
pencernaan, sistem pernapasan, dan sistem peredaran darah.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fisiologis Ternak
Kondisi fisiologi ternak dapat digunakan untuk mengetahui kesehatan
seekor ternak, kondisi fisiologis yang digunakan untuk mengetahui indikasi
ternak sehat adalah suhu tubuh, frekuensi denyut nadi dan frekuensi respirasi
(Subroto, 1985).
B. Suhu Ternak
Menurut Sugeng (1998), suhu tubuh normal untuk anak sapi adalah 39,50C-400C,
sedangkan untuk sapi dewasa 380C-39,50C.
Suhu tubuh dipengaruhi oleh lingkungan, jenis kelamin dan kondisi ternak.
Sugeng (1998) menjelaskan bahwa ternak mempunyai sistem pengaturan suhu tubuh
untuk memelihara suhu tubuhnya dari pengaruh luar.
Suhu tubuh bagian dalam tubuh hewan
dapat diukur dengan menggunakan termometer. Hasil yang diperoleh tidak
menunjukkan jumlah total panas yang diproduksi tubuh tetapi
menunjukkan keseimbangan antara produksi panas dan pengeluaran panas tubuh
(Kelly 1984).
C.
Sistem Pencernaan
1. Kontraksi rumen
Proses ruminansi pada sapi sehat berupa peremasan pakan yang ditelan
secara kuat dan mantap kemudian dicampur dengan cairan. Kontraksi rumen
rata-rata terjadi sekali tiap dua menit. Peristiwa ini menimbulkan gerakan
rumen yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa dengan mengepalkan tinju dan
mendesaknya di bagian kiri atas lambung tepat di lekuk pinggang di belakang
rusuk terakhir. Terjadinya perubahan frekuensi atau gerak ruminansi yang tidak
dapat dirasakan menandakan adanya gangguan fungsi rumen (Akoso, 1996).
Gerak
rumen per 5 menit untuk ukuran normal adalah 3 s.d. 8 kali denyutan. Artinya frekuensi
yang didapat menunjukan bahwa rumen sapi tersebut bekerja normal. Hal ini dapat
kita lihat dari fesesnya yang padat (normal) (Akoso, 1996).
2.
Peristaltik usus
Lakukan auskultasi di daerah abdomen sebelah kanan. Dengarkan
peristaltik usus dengan baik, bagaimana kekuatan peristaltik pada hewan yang
normal, lakukan pula pada beberapa ekor sapi lain. Dengan membiasakan diri
secara ini akan dapat membedakan apakah persitaltik kekuatannya normal, lebih
kuat atau lemah. Gabungkan hasil auskultasi ini dengan pemeriksaan feses, suhu
tubuh dan pemeriksaan umum, maka akan diperoleh gambaran keadaan usus. Untuk
memeriksa rektum, lakukan palpasi dengan eksplorasi rektal, sedangkan anus
cukup diinspeksi dan palpasi dari luar (M. Aroza, 2013).
3.
Konsistensi feses
Konsistensi feses menunjukkan beberapa indikator. Cara buang kotoran
dan kencingnya lancar tanpa menunjukkan gejala kesakitan. Konsistensi kotoran
(feses) padat (M. Aroza, 2013).
D.
Sistem Pernapasan
Frekuensi pernapasan bervariasi,
tergantung dari jenis sapi pada umumnya. Rata-rata frekuensi pernapasan sapi
normal adalah 19 kali per menit, atau
dalam interval 10-35 kali. Angka rata–rata dapat naik jika terjadi kejutan atau latihan. Sapi yang
mengalami demam tinggi akan bernapas lebih cepat, sedangkan sapi yang terserang
penyakit menahun dan cukup serius, frekuensi pernapasannya akan menjadi lambat
dan berat (Akoso, 1996).
Frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
ukuran tubuh, umur, aktifitas ternak, kehamilan, lingkungan dan aktifitas
pencernaan terutama pada rumen (Dukes, 1995). Menurut Sugeng (1998), frekuensi
pernapasan yang sebenarnya dapat dihitung bila ternak dalam keadaan istirahat
dan tenang.
E.
Sistem Peredaran Darah
1.
Frekuensi denyut nadi
Akoso (1996) menyatakan denyut nadi sapi normal sekitar 50-60 kali
per menit. Hal ini berhubungan dengan faktor bahwa semakin kecil ukuran hewan,
laju metabolisme per unit berat badannya semakin tinggi (Dukes, 1995). Hewan
yang sakit atau stres akan meningkat denyut jantungnya untuk sementara waktu
(Subroto, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan denyut nadi adalah umur, spesies, kelamin, kondisi ternak, aktivitas
dan suhu lingkungan (Akoso, 1996). Hewan yang sakit atau stress akan meningkat
denyut jantungnya untuk waktu tertentu. Semakin tinggi aktivitas yang dilakukan
ternak, semakin cepat denyut nadinya. Hewan yang memiliki tubuh lebih kecil,
denyut nadinya lebih besar dari pada hewan yang mempunyai ukuran tubuh besar
(Frandson, 1992).
2. Selaput lendir mata (conjunctiva)
Geser ke atas kelopak mata
atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari dengan telunjuk dan sedikit ditekan,
maka akan nampak selaput lendir mata. Lakukan pula pada kelopak mata yang
bagian bawah. Bandingkan antara conjuctiva mata kanan dan kiri, apakah ada
perbedaan. Selanjutnya usahakan melihat conjunctiva pada beberapa ekor ternak
dan berbagai spesies untuk meyakinkan bagaimana warna konjungtiva normal. Pada
waktu pemeriksaan konjungtiva, perhatikan apakah ada perubahan warna, apakah
lebih basah atau lebih kering, apakah ada lesi, kotoran, bercak-bercak dan lain
sebagainya. Bila ada perubahan apakah bilateral atau unilateral (M. Aroza,
2013).
III.
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Pengukuran dan pengamatan terhadap kondisi fisiologis ternak sapi
dilaksanakan pada Kamis, 15 Oktober 2015. Praktik ini dilaksanakan di komplek
kandang sapi betina STPP Magelang.
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
|
·
Termometer
|
·
Counter
|
|
·
Stethoscope
|
·
Stopwatch
|
|
·
Palu perkusi
|
·
Alat tulis
|
2.
Bahan
·
Sapi dara tiga ekor
C. Langkah Kerja
1.
Pengukuran dan pengamatan suhu tubuh
Mengukur suhu tubuh dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Menormalkan skala termometer dengan cara
dikibas–kibaskan dengan hati–hati.
- Pegang dan angkat ekor ternak dengan tujuan
untuk mempermudah memasukkan termometer.
- Memasukkan termometer ke dalam anus ternak
selama ±5 menit. Pegang termometer jangan sampai patah dan lepas ke dalam
tubuh ternak
- Kemudian mengamati skala pada termometer dan catat
hasilnya.
2.
Pengukuran dan pengamatan sistem pencernaan
a. Peristaltik usus
·
Peristaltik
usus diukur dan diamati dengan secara auskultasi (mendengarkan), menggunakan stethoscope.
·
Pengukuran dan pengamatan
dilakukan pada bagian perut di sekitar ambing ternak
·
Dengarkan
suara peristaltik usus dan hitung frekuensinya selama satu menit, kemudian
catat hasilnya
b.
Kontraksi
rumen
·
Gerakan rumen ternak dapat dilihat dari samping kiri bagian belakang
dari rusuk terakhir (legok lapar)
·
Menghitung frekuensi rumen dapat
dilakukan dengan menggunakan tangan terkepal (uji tinju), tekan bagian rumen kemudian rasakan
adanya dorongan rumen ke samping kurang lebih 5 menit
·
Hitung berapa frekuensi rumen dan catat hasilnya
c. Konsistensi feses
·
Konsistensi
feses diukur dan diamati secara inspeksi dan palpasi
·
Feses yang
keluar diamati bentuknya dan keadaannya kemudian di beri tekanan dengan alat
atau tangan untuk mengetahui konsistensi feses tersebut keras, lunak, maupun
cair
·
Kemudian
catat hasilnya
3. Sistem
pernapasan
a.
Frekuensi
napas
·
Frekuensi
napas diukur dengan cara inspeksi, kemudin tenangkan terlebih dahulu ternak
tersebut
·
Kemudian
amati gerakan kembang kempisnya pada bagian perut
·
Hitung
banyaknya kembang kempis perut pada ternak selama satu menit dan catat hasilnya
b.
Kualitas
pernapasan
·
Kualitas
pernapasan diukur dan diamati dengan cara auskultasi yaitu dengan menggunakan
palu perkusi
·
Lakukan
pengamatan dengan cara memukulkan palu perkusi pada bagian sekitar dada atau
badan ternak
·
Dengarkan
suara yang muncul, apakah suara udara ataupun air
·
Pastikan
dengan tepat kemudian catat hasilnya
4. Sistem
peredaran darah
a. Frekuensi denyut nadi
·
Frekuensi
denyut nadi diukur dan diamati secara palpasi dan auskultasi
·
Tenangkan
terlebih dahulu ternak tersebut
·
Pengamatan
auskultasi dilakukan dengan menggunakan stetoskop dan mengarahkan pada bagian
pulsus yaitu sebelah kiri ternak
·
Mendengarkan
dengan cermat dan menghitung banyaknya detakan jantung pada ternak percobaan
selama satu menit
·
Sedangkan
pengamatan secara palpasi dilakukan dengan cara meraba denyut nadi ternak pada
bagian ekor
·
Setelah letak
denyut nadi terasa, hitung banyaknya denyut selama satu menit, catat hasil
tersebut
b.
Kondisi
selaput conjunctiva
- Pengamatan dilakukan dengan cara palpasi,
buka conjunctiva dengan cara kelopak mata sebelah bawah ditekan ke bawah memakai ibu
jari, sedangkan kelopak mata atas ditekan ke atas dengan jari telunjuk
dari tangan yang sama
- Perhatikan apakah ada
perubahan warna, apakah lebih basah atau lebih kering, kotoran, bercak-bercak
dan lain sebagainya
- Bila ada perubahan apakah bilateral atau unilateral.
- Bandingkan antara conjuctiva mata kanan dan kiri, apakah ada
perbedaan kemudian catat
hasilnya
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengukuran dan pengamatan
pada tiga ekor sapi dara mengenai kondisi fisiologis ternak didapat data
sebagai berikut :
|
Uraian
|
Sapi I
|
Sapi II
|
Sapi III
|
|
a. Bangsa
|
Simental
|
Simental
|
Angus
|
|
b. Suhu tubuh (°C)
|
38,6
|
38,5
|
39,5
|
|
c. Sistem pencernaan
|
|||
|
Gerak peristaltik usus/menit
|
3 kali
|
2 kali
|
2 kali
|
|
Kontraksi rumen/5 menit
|
6 kali
|
5 kali
|
5 kali
|
|
Konsistensi feses
|
Lunak
|
Lunak
|
lunak
|
|
d. Sistem pernapasan
|
|||
|
Frekuensi napas/ menit
|
28 kali
|
28 kali
|
36 kali
|
|
Kualitas pernapasan
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
|
e. Sistem peredaran darah
|
|||
|
Frekuensi denyut nadi/menit
|
52 kali
|
52 kali
|
52 kali
|
|
Kondisi selaput konjungtiva
|
Normal
|
Normal
|
normal
|
B.
Pembahasan
1. Suhu
tubuh
Dari pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa suhu tubuh ketiga sapi
tersebut adalah 38,6°C, 38,5°C, dan 39,5°C. Hal ini menunjukkan ternak
tersebut berada pada kondisi normal, sesuai dengan pendapat Sugeng (1998) bahwa suhu tubuh normal untuk anak sapi adalah 39,50C-400C,
sedangkan untuk sapi dewasa 380C-39,50C. Tentunya hal ini menunjukkan ternak masih dalam
kondisi sehat dan lingkungan di sekitar ternak masih dalam kondisi mendukung.
2. Sistem
pencernaan
a.
Peristaltik
usus
Hasil pengmatan menunjukkan bahwa gerak
peristaltik usus pada sapi I adalah 3 kali, sapi II adalah 2 kali, dan sapi III
adalah 2 kali selama satu menit. Pada pengamatan peristaltik ini terdengar
suara gemericik. Hal ini menunjukkan bahwatenak tersebut masih dalam kondisi
normal, karena peristaltik usus menunjukkan aktivitas pencernaan di dalam
tubuh.
b.
Kontraksi
rumen
Berdasarkan pengamatan, didapatkan hasil bahwa
kontraksi rumen per lima menit pada sapi I adalah 6 kali, sapi II adalah 5
kali, dan sapi III 5 kali. Hasil ini menunjukkan ketiga sapi tersebut masih
dalam kondisi normal. Sesuai dengan pendapat (Akoso,
1996) yang menyatakan bahwa gerak rumen per 5 menit untuk ukuran normal adalah 3 s.d. 8 kali
denyutan. Artinya frekuensi yang didapat menunjukan bahwa rumen sapi tersebut bekerja
normal. Hal ini dapat kita lihat dari fesesnya yang padat (normal).
c.
Konsistensi
feses
Konsistensi feses ketiga sapi tersebut
adalah lunak, dalam artian feses ternak berupa zat padat dan tidak begitu
banyak cairannya. Feses tersebut masih dalam kondisi normal. Konsistensi feses
yang lunak padat ini menunjukkan bahwa pencernaan di dalam perut ternak masih
dalam kondisi sehat.
3. Sistem
pernapasan
a.
Frekuensi napas
Frekuensi napas sapi I adalah 28 kali, sapi II
adalah 28 kali dan sapi III adalah 36 kali dalam satu menit. Respirasi ternak
tersebut masih dalam kondisi normal, hal ini dikarenakan ternak tidak stress di
dalam kandang dan ketika pengamatan ternak juga dalam kondisi tenang. Sesuai
dengan pendapat Akoso (1996) yang menyatakan bahwa frekuensi pernapasan bervariasi, tergantung dari
jenis sapi pada umumnya. Rata-rata frekuensi pernapasan sapi normal adalah 19
kali per menit, atau dalam interval
10-35 kali.
b.
Kualitas
pernapasan
Kualitas pernapasan ditunjukkan oleh bunyi yang
terdengar pada saat uji menggunakan palu perkusi. Ketiga ternak tersebut
memiliki kualitas pernapasan yang baik karena bunyi yang terdengar saat uji
menggunakan palu perkusi adalah bunyi udara bukan air. Hal ini menunjukkan
paru-paru ternak masih normal karena berisi udara.
4. Sistem
peredaran darah
a.
Frekuensi
denyut nadi
Berdasarkan pengamatan didapatkan
hasil denut nadi sapi I adalah 52 kali, sapi II sebanyak 52 kali, dan sapi III
sebanyak 52 kali dalam satu menit. Akoso (1996)
menyatakan denyut nadi sapi normal sekitar 50-60 kali per menit. Hal ini menunjukkan ternak sapi tersebut berada
dalam kondisi sehat.
b.
Kondisi
selaput konjungtiva
Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada perubahan
warna pada selaput konjungtiva ternak. Setelah dilakukan pengamatan selaput
konjungtiva ternak juga dalam kondisi bersih. Hal ini menunjukkan ternak dalam
kondisi sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit.
V.
SIMPULAN
Berdasarkan pengukuran dan pengamatan mengenai
kondisi fisiologis ternak dapat disimpulkan bahwa :
- Kondisi fisiologis sangat berpengaruh
terhadap kondisi kesehatan ternak, dikarenakan kondisi fisiologis
menunjukkan serangkaian kegiatan sistem organ yang ada pada tubuh ternak
- Ternak sapi yang digunakan sebagai objek
pengamatan dalam kondisi normal dan sehat, hal ini didasarkan pada
hasil-hasil yang muncul pada saat pengamatan.
- Suhu, peristaltik usus, kontraksi rumen,
konsistensi feses, frekuensi napas, kualitas napas, frekuensi denyut nadi,
dan kondisi selaput konjungtiva dari masing-masing ternak bervariasi, hal
ini dipengaruhi oleh stress maupun kesehatan ternak tersebut.
Akoso, T.B. 1996. Kesehatan Sapi.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Aroza. Pemeriksaan Hewan Ternak.
Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015. http://arozafkhunsyiah.blogspot.co.id/2013/12/pemeriksaan-hewan-ternak-sehat.html
Dukes.
1995. The Physiologis of Domestic Animal. A Division of Cornell
University Press, Ithaca New York.
Frandson RD.1992.
Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pr.
Kelly WR. 1984. Veterinary Clinical Diagnosis. London: Bailliere Tindall.
Makoto. 2009. Kesehatan Sapi. Diakses
pada tanggal 16 Oktober 2015. http://ardithpradipta.blogspot.co.id/2009/04/kesehatan-sapi.html
Nur Miza. 2013. Kesehatan Ternak Sapi.
Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015. http://mhyza.blogspot.co.id/2013/10/kesehatan-ternak-sapi.html
Subroto.
1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sugeng,
Y. B. 1998. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar